PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI JENIS TES
MAKALAH
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI
JENIS TES
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Hesty Puspitasari, M.Pd
![]() |
Oleh Kelompok II:
1.
Ula Fitriatul
Umaro (15108810011)
2.
Ayang Fitria (15108810015)
3.
Risky Adinda (15108810018)
4.
Yunita Sari PutriHestiningrum (15108810027)
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
OKTOBER 2017
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Blitar, 31 Oktober 2017
Penyusun,
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak alat yang dapat digunakan dalam kegiatan
evaluasi.Salah satunya adalahtes.Istilahtes tidak hanya populer di lingkungan
persekolahan tetapi juga di luarsekolah bahkan dimasyarakat umum.Di sekolah
jugasering kita dengar istilah pretes,postes, tes formatif,tes sumatif, dan
sebagainya.Dalam kegiatan pembelajaran, tes banyak digunakan untuk mengukur
hasil belajarpeserta didik dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan,
pemahaman, aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi.
Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak
dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri.Artinya, tes mempunyai
makna tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dlaam pembelajaran.Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai “Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes”.
2.1 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan tes?
b) Apa saja jenis-jenis tes ?
c) Bagaimana perkembangan tes?
3.1 Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui pengertian tes.
b) Untuk mengetahui jenis-jenis tes.
c) Mengetahui perkembangan tes.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
dalam rangkamelaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat
berbagaipertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
ataudijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Dalamrumusan ini terdapat beberapa unsur penting, yaitu :
a.
Tes
merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematisdan digunakan
dalam rangka kegiatan pengukuran.
b.
Di
dalam tes terdapat berbagai pertanyaan dan pernyataan atauserangkaian tugas
yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik.
c.
Tes
digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik.
d.
Hasil
tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.
2.2 Jenis Tes
2.2.1
Tes
dapat dibedakan atas beberapa jenis, dan pembagian jenis-jenis ini
dapatditinjau dariberbagai sudut pandang. Heaton (1988), misalnya, membagi
tesmenjadi empat bagian,yaitu:
1)
Tes
prestasi belajar (achievement test)
2)
Tes
penguasaan(proficiency test)
3)
Tes
bakat (aptitude test)
4)
Tes
diagnostik (diagnostic test)
Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown
(2004) menambahkansatu jenis teslagi yang disebut tes penempatan (placement
test).
2.2.2
Dalam bidang psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian,
yaitu:
1) Tes intelegensia umum, yaitu tes untuk
mengukur kemampuan umumseseorang.
2) Tes kemampuan khusus, yaitu tes untuk
mengukur kemampuan potensialdalam bidang tertentu.
3) Tes prestasi belajar, yaitu tes untuk
mengukur kemampuan aktual sebagaihasil belajar.
4) Tes kepribadian, yaitu tes untuk
mengukur karakteristik pribadi seseorang.
Berdasarkan
jumlah peserta didik, tes hasil belajar dapat dibedakan atas duajenis, yaitu
tes kelompok, yaitu tes yangdiadakan
secara kelompok. Disini guru akan berhadapan dengan sekelompokpeserta didik.
Tes perorangan,
yaitu tes yang dilakukan secara perorangan(individual). Disini guru akan
berhadapan dengan seorang peserta didik.
2.2.3
Dilihat
dari cara penyusunannya, tes dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1) Tes Buatan Guru (teacher-made test)
Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh
guru yang akanmempergunakan tes tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk
ulanganharian, formatif, dan ulangan umum (sumatif).Tes buatan guru
inidimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadapmateri
pelajaran yang sudah disampaikan.Kualitas tes atau tingkatkesahihan dan
keandalannya masih belum menjamin keobjektifannya, sebabhanya diberikan kepada
sekelompok peserta didik, kelas, dan madrasahtertentu saja.Jadi, masih bersifat
sektoral, karena belum diujicobakan kepadasekelompok besar testi, sehingga
pengukurannya masih belum meyakinkan.
Tes buatan guru bersifat temporer, artinya hanya
berlakupada saat tertentu dan situasi tertentu pula. Pada kesempatan lain
belumtentu tes tersebut dapat digunakan, karena mungkin berubah, baik
bentukitemya maupun kapasitas peserta didiknya. Ada tes buatan guru yang
bersifat hafalan semata, dan ada pula yang bersifatanalitis. Anda sebagai guru
yang profesional tentu akan menyusun soal yangberimbang dari kedua sifat
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didikdapat mengetahui siapa yang
mempunyai kemampuan yang mantap dalammengingat atau menghafal sesuatu, dan
siapa pula yang mempunyai dayapikir yang kritis, analitis, luas dan asosiatif.Situasi
terakhir inilah yangharus diciptakan guru.
2) Tes yang Dibakukan (standardized test)
Tes yang dibakukan atau tes baku adalah tes yang
sudah memiliki derajatvaliditas dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan
percobaan-percobaanterhadap sampel yang cukup besar dan representatif. Tes baku
adalah tesyang dikaji berulang-ulang kepada sekelompok besar peserta didik, dan
item-itemnya relevan serta mempunyai daya pembeda yang tinggi. Di samping
itu,tes baku telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat usia dan kelasnya.
Tesbakubiasanya telah dianalisis secara statistik dan diuji secara empiris oleh mpara ahli (pakar),
karena itu dapat dinyatakan sahih (valid) untuk digunakansecara umum.
Pengolahan secara statistik dimaksudkan untuk mencariderajat kesahihan dan
keandalan serta daya pembeda yang tinggi dari setiapitem, sehingga soal itu
betul-betul tepat diberikan dan dapat dijadikan alatpengukur kemampuan setiap
orang secara umum.Sedangkan pengujiansecara empiris dimaksudkan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan setiapitem. Tes baku bertujuan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalamtiga aspek, yaitu kedudukan belajar, kemajuan
belajar, dan diagnostik.
Tes baku bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan pesertadidik dalam menguasai materi pelajaran tertentu secara luas.
Tes ini berisimateri-materi yang disusun dari yang termudah sampai yang
tersukar sertaterdiri atas cakupan yang luas.Dewasa ini tes diagnostik telah
banyakdilakukan pada semua sekolah untuk semua tingkatan. Tes
diagnosticbiasanya dilakukan serempak pada beberapa sekolah dalam waktu
yangsama dengan materi tes yang sama. Hasil tes diagnostik akan
menunjukkankelebihan dan kekurangan tertentu dari sekolah tertentu.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan tes baku, antaralain :
a. Aspek yang hendak diukur. Dalam
keterangan tes tersebut dijelaskanaspek apa saja yang hendak diukur, misalnya
kemampuan membaca,perbendaharaan pengetahuan umum, sikap, minat, kepribadian.
b. Pihak penyusun. Nama orang, baik secara
individual maupun kelompokataupun organisasi yang merancang tes itu, perlu
dicantumkan dalam testersebut. Misalnya, tes bahasa Inggris yang
diselenggarakan oleh ModernLanguage Association (TEOFL) oleh College Entrance
Examination Boardand Educationaal Testing Service, tes masuk perguruan tinggi
negeri yangsekarang kita kenal dengan istilah SNM-PTN. Nama pihak penyusun
tesakan memberikan jaminan mutu dan kesahihan tesnya.
c. Tujuan penggunaan tes. Tujuan penggunaan
tes perlu dirumuskan denganjelas dan tegas, sehingga tidak mengaburkan tester
dalam mengambilkesimpulan tentang peserta didik. Ada tujuan tes untuk
diagnostik,ada pula untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Semua
ituharus dicantumkan dalam keterangan tentang tes tersebut. Jika tujuanpenggunaan
tes tidak diketahui atau diabaikan, maka fungsi tes tersebutakan hilang dan
tidak akan mencapai apa yang diharapkan. Dengandemikian, tester akan memperoleh
gambaran yang keliru tentang testi,akhirnya kesimpulan yang ditarik daripadanya
akan salah pula.
d. Sampel. Dalam tes itu disebutkan pula
sampel yang akan digunakan danvariasi heterogenitasnya untuk dikenai tes
tersebut. Selain itu dinyatakanpula lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan tes itu danberapa kali tes itu dapat dicobakan kepada testi yang
sama atau berlainan.Jika ketentuan tentang sampel, waktu, dan frekuensi
pelaksanaan inikurang ditaati, fungsi tes itu akan kurang meyakinkan.
e. Kesahihan dan keandalan. Agar tes
tersebut sahih (valid) dan andal(reliabel), maka ketentuan-ketentuan tentang
cara atau langkah-langkahyang ditempuh harus dipatuhi, baik oleh tester maupun
oleh testi,sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa
mengalamikesulitan yang berarti. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kesahihandan keandalan suatu tes.
f. Pengadministrasian. Ketentuan-ketentuan
pokok mengenaipengadministrasian suatu tes perlu disusun secara teratur dan
baiksesuai dengan fungsi administrasi itu sendiri, mulai dari
perencanaan,pelaksanaan, sampai pada penilaian. Dalam perencanaan perlu
dimuatwaktu, bahan atau materi, tujuan dan cara pelaksanaannya. Sedangkandalam
pelaksanaan perlu dimuat tempat atau ruangan dimana tes itudilaksanakan,
pengawas tes, dan jumlah peserta didik yang mengikuti testersebut. Dalam
penilaian perlu dimuat teknik atau prosedur mengolahdata, sehingga data
tersebut dapat memberikan makna bagi semua pihak.Oleh sebab itu, Anda harus
membuat laporan untuk orang tua , pemerintah,kepala madrasah dan peserta didik
itu sendiri.
g. Cara menskor. Setelah tes dilaksanakan
dan data sudah terkumpul,selanjutnya perlu diolah. Dalam pengolahan harus
diperhatikanpendekatan penilaian yang digunakan, standar norma, passing
grade,dan peringkat (ranking). Untuk pendekatan penilaian dapat
digunakanpenilaian acuan patokan (criterion- referenced assessment) atau
penilaianacuan norma (norm-referenced assessment). Hal ini bergantung
kepadatujuan dan maksud evaluasi itu sendiri. Begitu juga dengan standar
norma,ada standar 0 – 4, 0 – 10 dan 0 – 100. Standar norma yang digunakan
harusdisesuaikan dengan kebutuhan. Di samping itu, perlu pula ditentukan
bataslulus (passing grade) dan peringkat (ranking) dari keseluruhan testi
agarguru dapat mengetahui kedudukan seorang peserta didik dibandingkandengan
peserta didik lainnya. Semua catatan dan keterangan mengenaiskoring tes ini
harus didokumentasikan dalam suatu berkas dan dibuatlaporan pemeriksaan untuk
dijadikan bahan pedoman dalam pelaksanaantes berikutnya. Dokumen ini harus
dirahasiakan bagi siapapun. Padazaman modern sekarang ini, ketika teknologi sudah
semakin canggih,pelaksanaan penskoran dan penentuan batas lulus dapat dilakukan
dengancepat dan tepat oleh pesawat komputer di samping secara manual.
h. Kunci jawaban. Biasanya pada lembaran
soal dilampirkan kunci jawabansekalian untuk dijadikan dasar dalam pemeriksaan.
Ada kalanya lembarkunci jawaban ini disatukan dengan petunjuk pelaksanaan,
skoring, dantata tertib tes. Pada tes tertulis berbentuk esai, kunci jawabannya
hanyamemuat pokok-pokok materi yang penting saja yang harus dicantumkan
olehtesti sebagai syarat dalam tesnya. Sedangkan dalam tes tertulis
berbentukobjektif, kunci jawabannya memuat jawaban yang pasti. Di samping
itu,ditetapkan pula ketentuan-ketentuan mengenai cara menggunakan kuncijawaban
agar tidak salah penggunaannya.
i.
Tabel
skor mentah (raw score) dan skor terjabar. Selain lampiran-lampiranperaturan
mengenai pelaksanaan tes, disertakan pula tabel-tabel yangdiperlukan untuk
pengolahan skor mentah ke dalam skor terjabar sertapetunjuk pelaksanaannya.
j.
Penafsiran.
Akhirnya, setelah seluruh tes itu rampung dikerjakansampailah kepada penafsiran
tentang hasil tes itu. Kecenderungan apayang dapat kita temukan dan bagaimana
keputusan serta kesimpulannya,akan diperoleh setelah diadakan penafsiran data.
Ada beberapa perbedaan antara tes baku dengan tes
buatan guru yaitu :
Tes Baku
|
Tes Buatan Guru
|
Berdasarkan isi
dan tujuan bersifat umum.
|
Berdasarkan isi
dan tujuan bersifat khusus.
|
Mencakup
pengetahuan dan kecakapan yang khusus.
|
Mencakup
pengetahuan dan kecakapan yang luas.
|
Dikembangkan oleh
tenaga yang berkompeten dan professional.
|
Dikembangkan oleh
seorang guru tanpa bantuan dari luar.
|
Item-item sudah
diujicobakan, dianalisis, dan direvisi.
|
Item-item jarang
diujicobakan sebelum menjadi bagian tes tersebut.
|
Memiliki derajat
kesahihan dan keandalan yang tinggi.
|
Memiliki derajat
kesahihan dan keandalan yang rendah.
|
Memiliki
ukuran-ukuran bermacam-macam kelompok yang Biasanya terbatas pada kelas
secara luas mewakili performance atau satu sekolah sebagai suatu seluruh
daerah
|
Biasanya terbatas
pada kelas atau satu sekolah sebagai suatu kelompok pemakainya
|
Pada umumnya, tes yang dibakukan mempunyai
norma-norma yang dapatdigunakan untuk menafsirkan hasil yang dicapai oleh
setiap peserta didik.Norma-norma ini tidak disusun begitu saja, tetapi didasarkan
atas hasilpenyelidikan secara empiris, kemudian dianalisis secara logis,
rasional dansistematis, serta dilakukan dengan percobaan terhadap sejumlah
pesertadidik yang dianggap cukup mewakili seluruh populasi. Jika suatu tes
bakuakan digunakan disuatu daerah yang baru yang ketika diadakan
prosesstandarisasi tidak turutdiwakilinya, hendaknya diadakan standarisasi
baru,khususnya untuk daerah yang baru tadi.
Biasanyates hasil belajar yang telah dibakukan terdiri
atas materi-meteri pelajaranyang bersifat umum dan diajarkan diseluruh madrasah
yang sejenis disuatunegara atau daerah.Sedangkan untuk materi-materi pelajaran
yang bersifatkhusus harus disusun tes tersendiri yang disesuaikan dengan semua
kondisikhas bagi madrasah dan peserta didiknya.
2.2.4
Berdasarkan
aspek pengetahuan dan keterampilan, maka tes dapat dibagimenjadi dua jenis,
yaitu:
1)
Tes
Kemampuan (power test)
Prinsip tes kemampuan adalah tidak adanya batasan waktu
di dalampengerjaan tes.Jika waktu tes tidak dibatasi, maka hasil tes
dapatmengungkapkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.Sebaliknya,jika
waktu pelaksanaan tes dibatasi, maka ada kemungkinan kemampuanpeserta didik
tidak dapat diungkapkan secara utuh.Artinya, skor yangdiperoleh bukan
menggambarkan kemampuan peserta didik yangsebenarnya.Namun demikian, bukan
berarti peserta didik yang palinglambat harus ditunggu sampai selesai.Tes
kemampuan menghendakiagar sebagian peserta didik dapat menyelesaikan tes dalam
waktuyang disediakan.Implikasinya adalah guru harus menghitung waktupelaksanaan
tes yang logis, rasional, dan proporsional ketika menyusunkisi-kisi tes.
2)
Tes
Kecepatan (speed test)
Aspek yang diukur dalam tes kecepatan adalah kecepatan
peserta didikdalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau periode
tertentu.Pekerjaantersebut biasanya relatif mudah, karena aspek yang diukur
benar-benar kecepatan bekerja atau kecepatan berpikir peserta didik,
bukankemampuan lainnya.Misalnya, guru ingin mengetes kecepatan
berlari,kecepatan membaca, kecepatan mengendarai kendaraan, dan sebagainyadalam
waktu yang telah ditentukan.
2.2.5
Dilihat
dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagimenjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Tes tertulis
Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil
test adalah tes yang menuntutjawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis. Tes
tertulis ada yangbersifat formal dan ada pula yang bersifat nonformal.Tes yang
bersifat formalmeliputi jumlah tes yang cukupbesar yang diselenggarakan oleh
suatupanitia resmi yang diangkat oleh pemerintah.Sedangkan tes formal mempunyai
tujuanyang lebih luas dan didasarkan atas standar tertentu yang berlaku
umum.Tes nonformal berlaku untuk tujuan tertentu dan lingkunganterbatas yang
diselenggarakan langsung oleh pihak pelaksana dalam situasisetengah resmi tanpa
melalui institusi resmi.Tes tertulis ada dua bentuk,yaitu bentuk uraian (essay)
dan
bentuk objektif (objective).Sedangkan bentuk objektif dibagi menjadi empat bentuk, yaitu
benar-salah, pilihan-ganda, menjodohkan, dan melengkapi/ jawaban singkat.
Menurut sejarah, yang ada lebih dahulu adalah bentuk
uraian. Mengingatbentuk uraian ini banyak kelemahannya, maka orang berusaha
untuk Nmenyusun tes dalam
bentuk yang lain, yaitu tes objektif. Namun demikian,tidak berarti bentuk
uraian ditinggalkan sama sekali. Bentuk uraian dapatdigunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan
belajar yang sulit diukur olehbentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena
menuntut peserta didik untukmenguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan
jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda
satu denganlainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena
dalampelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas
guru.Dilihatdari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian
inidapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted
responsitems) dan uraian bebas (extended respons items).
1)
Uraian
Terbatas(restricted responsitems)
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta
didik harusmengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya.Walaupunkalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai denganbatas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.Contoh :
-
Jelaskan
bagaimana masuknya Islam di Indonesia dilihat dari segiekonomi dan politik.
-
Sebutkan
lima rukum Islam !
2)
Uraian
Bebas(extended respons items)
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab
soal dengan cara dansistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan
pendapat sesuaidengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik
mempunyaicara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun demikian, guru
tetapharus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban pesertadidik
nanti.Contoh :
-
Jelaskan
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia !
Sehubungan dengan kedua bentuk uraian di atas,
Depdikbud seringmenyebutnya dengan istilah lain, yaitu Bentuk Uraian Objektif
(BUO)dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO).Kedua bentuk ini sebenarnyamerupakan
bagian dari bentuk uraian terbatas, karena pengelompokkantersebut hanya
didasarkan pada pendekatan/cara pemberian skor.PerbedaanBUO dan BUNO terletak
pada kepastian pemberian skor.Pada soal BUO,kunci jawaban dan pedoman
penskorannya lebih pasti.Kunci jawabandisusun menjadi beberapa bagian dan setiap
bagian diberi skor.Sedangkanpada soal BUNO, pedoman penskoran dinyatakan dalam
rentangan (0 – 4atau 0 – 10), sehingga pemberian skor dapat dipengaruhi oleh
unsur subjektif.Untuk mengurangi unsur subjektifitas ini, Anda dapat
melakukannya dengancara membuat pedoman penskoran secara rinci dan jelas,
sehingga pemberianskor dapat relatif sama.
1) Bentuk Uraian Objektif (BUO).
Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan
jawaban dengan rumusanyang relatif lebih pasti, sehingga dapat dilakukan
penskoran secaraobjektif. Sekalipun pemeriksa berbeda tetapi dapat menghasilkan
skor yangrelatif sama. Soal bentuk ini memiliki kunci jawaban yang pasti,
sehinggajawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah 0. Anthony
J.Nitko(1996) menjelaskan bentuk uraian terbatas dapat digunakan untuk
menilaihasil belajar yang kompleks, yaitu berupa kemampuan-kemampuan
:menjelaskan hubungan sebab-akibat, melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip,
mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan, merumuskanhipotesis dengan
tepat, merumuskan asumsi yang tepat, melukiskanketerbatasan data, merumuskan
kesimpulan secara tepat, menjelaskanmetoda dan prosedur, dan hal-hal sejenis
yang menuntut kemampuanpeserta didik untuk melengkapi jawabannya.
Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, skor
hanya dimungkinkanmenggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah.Untuk setiap
katakunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang
dijawabsalah atau tidak dijawab diberi skor 0 (nol).
Adapun
langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektifadalah :
a. Tuliskan semua kata kunci atau
kemungkinan jawaban benar secarajelas untuk setiap soal.
b. Setiap kata kunci yang dijawab benar
diberi skor 1. Tidak ada skorsetengah untuk jawaban yang kurang sempurna.
Jawaban yang diberiskor 1 adalah jawaban sempurna, jawaban lainnya adalah 0.
c. Jika satu pertanyaan memiliki beberapa
sub pertanyaan, rincilah katakunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa
kata kunci subjawaban dan buatkan skornya.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci
yang telah ditetapkan pada soaltersebut. Jumlah skor ini disebut skor maksimum.
Contoh
:
Indikator
: Menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuanukurannya.
Soal
:Sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 100 cm,lebar 70 cm
dan tinggi 60 cm. Berapa liter isi bak penampung mampumenyimpan air ?
Langkah
Kriteria Jawaban Skor
Langkah
|
Jawaban
|
Penyekoran
|
1
|
Rumus isi balok =
panjang x lebar x tinggi
|
1
|
2
|
100 cm x 70 cm x
60 cm
|
1
|
3
|
420.000 cm3
|
1
|
4
|
Isi balok dalam
liter : 420.000
1000
|
1
|
5
|
= 420 liter
|
1
|
|
Skor maksimum
|
5
|
2)
Bentuk
Uraian Non-Objektif (BUNO).
Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban
yang sama dengan rumusan jawaban uraian bebas, yaitu menuntut peserta didik
untuk mengingat dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan)
gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
sehingga dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya unsur subjektifitas.
Dalam penyekoran soal bentuk uraian non-objektif, skor dijabarkan dalamrentang.
Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban,seperti 0 – 2, 0 -4,
0 – 6, 0 – 8, 0 – 10 dan lain-lain. Skor minimal harus0, karena peserta didik
yang tidak menjawab pun akan memperoleh skorminimal tersebut. Sedangkan skor
maksimum ditentukan oleh penyusunsoal dan keadaan jawaban yang dituntut dalam
soal tersebut. Adapunlangkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian
non-objektifadalah :
a. Tulislah garis-garis besar jawaban
sebagai kriteria jawaban untukdijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b. Tetapkan rentang skor untuk setiap
kriteria jawaban.
c. Pemberian skor pada setiap jawaban
bergantung pada kualitas jawabanyang diberikan oleh peserta didik.
d. Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari
setiap kriteria jawabansebagai skor peserta didik. Jumlah skor tertinggi dari
setiap kriteriajawaban disebut skor maksimum dari suatu soal.
e. Periksalah soal untuk setiap nomor dari
semua peserta didik sebelumpindah ke nomor soal yang lain. Tujuannya untuk
menghindaripemberian skor berbeda terhadap jawaban yang sama.Jika setiap butir
soal telah selesai diskor, hitunglah jumlah skorperolehan peserta didik untuk
setiap soal. Kemudian hitunglah nilaitiap soal dengan rumus :
Skor perolehan peserta didik
Nilai Tiap Soal = ———————————————— x bobot soal
skor maksimum tiap butir soal
f. Jumlahkan semua nilai yang diperoleh
dari semua soal. Jumlah nilai inidisebut nilai akhir dari suatu perangkat tes
yang diberikan.
Contoh
:
Indikator
: Menjelaskan alasan yang membuat kita harus banggasebagai bangsa Indonesia.
Soal
: Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsaIndonesia !
2. Tes lisan
Tes lisan merupakan tes
yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.Peserta didik akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau
perintah yang diberikan.
3. Tes perbuatan
Tes perbuatan merupakan tes
yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentukprilaku, tindakan, atau
perbuatan.
2.3 Pengembangan Tes objektif, tindakan dan
lisan.
2.3.1 Pengembangan Tes Objektif
1) Benar-salah (true-false/yes-no)
Untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat.Dalam penyusunan soal bentuk
benar-salah tidak hanya menggunakan kalimat pertanyaan atau pernyataan tetapi
juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Di bawah ini terdapat
sejumlah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, benar atau
salah.Anda diminta untuk menentukan pilihan dari setiap pernyataan tersebut,
benar atau salah. Jika benar tulislah tanda tambah (+), sebaliknya jika salah
tulislah tanda (O) di depan nomor masing-masing pernyataan itu. Nomor 1 dan 2
adalah contoh bagaimana cara mengerjakan soal-soal selanjutnya.
+
(1) Surat Al-Fatihah termasuk suratMakiyyah
o
(2) Nun mati bertemu dengan hurut alif hukumnya ikhfa.
Di samping bentuk di
atas, ada juga bentuk benar-salah yang lain, dimana bentuk jawabannya sudah
disediakan.Peserta didik tinggal memilih dengan memberi tanda silang (X).Contoh
: B - S : Waqaf berarti menghentikan bacaan karena ada tanda waqaf.
Bentuk benar-salah yang
lain adalah jawabannya telah disediakan, tetapi jawaban yang disediakan itu
bukan B – S, melainkan Ya – Tidak. Contoh : Ya – Tidak : Kematian manusia
termasuk kiamat kubra.
2)
Soal tes bentuk pilihan-ganda
Dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.Soal tes bentuk
pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.Pembawa
pokok.Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan-ganda, yaitu :
a. Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai
beberapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban
yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar itu.
Contoh
:
Salah
satu tanda besar menjelang hari kiamat adalah…
a. Semua urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya
b. Munculnya Dajjal.
c. Banyak terjadi pembunuhan dimana-mana
d. Beratnya orang Islam untuk menjalankan syariat
agamanya
b. Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal
yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis
hubungan antara pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
Contoh
:
Pada soal di bawah ini terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan (statement)
dan alasan (reason).
Pilihan
Jawaban :
A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan alasan
merupakan sebab dari pernyataan.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi
alasan bukan merupakan sebab dari pernyataan.
C. Jika pernyataan benar, tetapi alasan salah.
D. Jika pernyataan salah, tetapi alasan benar.
E. Jika pernyataan salah, dan alasan salah.
Soal
:
Presiden
Republik Indonesia tinggal di Jakarta SEBAB Jakarta merupakan ibu kota Republik
Indonesia.
Penjelasan
:
1. “Presiden Republik Indonesia tinggal di Jakarta”
merupakan pernyataan yang benar.
2. “Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia”
merupakan alasan yang benar dan merupakan sebab dari pernyataan.
Jawaban : Jadi, jawaban yang betul
adalah A.
3) Menjodohkan (matching)
Bentuk menjodohkan terdiri atas
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom
yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan
kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Contoh 1 :
Petunjuk : Di bawah ini
terdapat dua daftar, yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat
pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Anda harus
mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang anda pilih itu di depan
pasangannya masing-masing.
Daftar
A Daftar
B
1).
. . . . . . . . . al-Ikhlas 1.
Tajwid
2).
. . . . . . . . . Makhroj 2.
Surah
4) Jawaban
Singkat (short answer) dan Melengkapi (completion)
Kedua bentuk tes ini
masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang
hanya dapat dinilai benar atau salah.Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa
suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase,
nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain. Contoh : Malaikat yang
menjaga pintu surge adalah malaikat…
Sedangkan soal bentuk
melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak
lengkap.Contoh : Nabi Musa a.s lahir pada zaman raja .......... di negeri
.............
2.3.2 Pengembangan
Tes Tindakan (performance test)
Tes perbuatan atau tes
praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stigins (1994 : 375) mengemukakan “tes
tindakan adalah suatu bentuk tes dimana peserta didik diminta untuk melakukan
kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
didemontrasikan”. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan
dan ditanyakan. Misalnya, coba praktikkan bagaimana cara melaksanakan sholat
dengan baik dan benar. Untuk melihat bagaimana cara melaksanakan sholat dengan
baik dan benar, guru harus menyuruh peserta didik mempraktikkan atau
mendemonstrasikan gerakan-gerakan sholat yang sesungguhnya sesuai dengan tata
tertib sholat yang baik dan benar.
Tes tindakan sebagai suatu teknik
evaluasi tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran pendidikan agama saja, tetapi
dapat juga digunakan dalam menilai hasil-hasil pelajaran tertentu, seperti
olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, kesenian, dan sebagainya.
2.3.3 Pengembangan
Tes Lisan
Peserta
didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan
pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk seperti
berikut :
1)
Seorang
guru menilai seorang peserta didik.
2)
Seorang
guru menilai sekelompok peserta didik.
3) Sekelompok guru menilai
seorang peserta didik.
4)
Sekelompok
guru menilai sekelompok peserta didik
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1)
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam
rangkamelaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat
berbagaipertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
ataudijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
2)
Tes dibagi berdasarkan sudut pandang Heaton(1988), dalam bidang psikologi,
berdasarkan jumlah peserta didik, dilihat dari cara
penyusunannya, berdasarkan
aspek pengetahuan dan keterampilan,
dilihat dari bentuk jawaban peserta didik.
3.2 Saran
1)
Makalah ini dibuat berdasarkan buku “Evaluasi Pembelajaran” yang ditulis
oleh Dr. Zainal Arifin, M.Pd. Didalam buku tersebut masih memerlukan penjabaran
yang lebih rinci mengenai setiap pengembangan instrumen jenis tes agar
memudahkan para pembaca untuk memahami setiap tes secara mendetail.
2)
Untuk para pembaca, jika merasa kesulitan dalam memahami setiap penjabaran
atau tidak menemukan penjabaran didalam makalah ini diharapkan untuk mencari
referensi lain yang lebih rinci.
BAB
VI
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Zainal, (2011), Evaluasi Pembelajaran : Prinsip-Teknik-Prosedur, CetakanKe-3,
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Arifin,
Zainal, (2011), Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru,Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.
Depdiknas
(2003), Materi Pelatihan Peningkatan Kemampuan Guru DalamPenyusunan dan
Penggunaan Alat Evaluasi Serta Pengembangan
Sistem
Penghargaan Terhadap Siswa, Jakarta : Direktorat PLP – DitjenDikdasmen –
Depdiknas.
Good,
C.V., A.S.Bar, and D.E.Scates (1936), The Metodology of Educational
Research,New York : Appleton Century-Crofts, Inc.
Hadi,
S., (1981) Metodologi Research, Jilid 1, 2, dan 3, Yogyakarta :
YayasanPenerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Munandar,
Utami, (1999) Kreativitas dan Keberbakatan, Jakarta : PT.GramediaPustaka Utama.
Yelon
& Weinstein (1977) A Teacher’s World : Psychology in The Classroom, Tokyo
:McGraw-Hill Kogakusha Ltd.
Komentar
Posting Komentar