PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI NON-TEST
MAKALAH
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI NON-TEST
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pembina:
Hesty Puspitasari.,M.Pd
Oleh :
Windy Putri K N NIM.
15108810006
Dyah Ayu P N
NIM. 151088100
Feti Okta
Lestari NIM. 151088100
Erin NIM.
151088100
UNIVERSITAS ISLAM
BALITAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul "Pengembangan
Instrumen Evaluasi Jenis Non-Test" dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca dalam di profesi pendidikan dan keguruan.
Harapan penyusun semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini penyusun sadari masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena
itu penyusun harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Blitar , Oktober 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instrumen
non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk
dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif,
seperti sikap, minat, bakat dan motivasi. Setiap dimensi dan aspek yang diukur
memerlukan alat atau instrumen yang berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan
evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab
hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar
dapat berupa pengetahuan teoretis, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan
teoretis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur
dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak
dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes misalnya observasi,
wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
Dengan kata lain, banyak aspek
pembelajaran termasuk jenis hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik
non-tes. Jika hasil evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data
yang dikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak brmakna, bahkan dapat
merugikan pihak-pihak tertentu. Justru teknik non-tes digunakan sebagai suatu
kritikan tehadap kelemahan teknik tes.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Apa Pengertian evaluasi non-tes?
B. Apa sajakah
macam-macam instrument evaluasi non-tes?
C. Bagaimanakah
teknik pemberian penghargaan evaluasi non-tes?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian evaluasi non-tes
Penilaian non-test adalah “penilaian
pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat
diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang
diketahui atau dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian non-test behubungan
dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses
mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non-test adalah
penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil
dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada
keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang
mesin, teknik dan sebagainya”.
Teknik penilaian non-tes berarti
melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian
non-tes tulis maksudnya adalah bentuk evaluasi non-tes yang berbentuk tulisan
atau non lisan.
Alat atau instrumen merupakan
sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas
atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah
evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang
hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran.
Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam
ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakan proses berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan
informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.
Berdasarkan pengertian-pengertian
diatas maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang
digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas
suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.
B. Macam-macam instrument evaluasi non-tes
1)
Observasi (
Observation )
Observasi
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat
yang digunakan dalam melakuakan observasi disebut pedoman observasi. Observasi
tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang
penelitian, terutama penelitian kualitatif. Tujuan utama obsevasi adalah untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa
peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam
situasi buatan, untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun
perilaku peserta didik)., interaksi antara peserta didik dan guru. Dalam
evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil
belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar,
berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam
mengajar, suasana kelas, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku
sosial lainnya. Jika ingin menggunakan observasi sebagai alat evaluasi,maka
evaluator harus memahami terlebih dahulu tentang :
- Konsep Dasar Evaluasi, mulai dari pengertian,tujuan,fungsi,peranan,karateristik,prinsip-prinsip sampai dengan prosedur observasi.
- Perencanaan observasi,seperti menentukan kegiatan apa yang akan diobservasi,siapa yang akan melakukan observasi,rencana sampling,menyusun pedoman observasi,melatih pihak-pihak yang akan melakukan observasi dalam menggunakan pedoman observasi.
- Prosedur observasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan , pengolahan dan penafsiransampai dengan pelaporan hasil observasi.
Obsevasi
mempunyai karakteristik yaitu mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan.
Ciri-ciri observasi yang
dikemukakan oleh Good dkk. Mempunyai kelemahan, yaitu: dalam observasi
partisipan tidak dapat dilakukan dengan hati-hati dan terencana. Dilihat dari
kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a.
Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor
yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah
ditetapkan dn dibatasi dengan jelas dan tegas.
b.
Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatn observasi hanya dibatasi
oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila
dilihat dari teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh melalui tiga
cara,yaitu :
- Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki
- Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
- Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Observasi secara umum memiliki kelebihan dan
kekurangan.
v
Kelebihan
1.
Observasi
merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
2.
Observasi
cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan
suatu kegiatan
3.
Banyak hal
yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan observasi
4.
Tidak
terikat dengan laporan pribadi
v
Kelemahan
1.
Sering kali
pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca,bahkan ada kesan yang kurang
menyenangkan dari observer maupun dari observe itu sendiri
2.
Bisanya
masalah pribadi sulit diamati
3.
Jika proses
yang diamati memakan waktu lama,maka observer sering menjadi jenuh.
Adapun
langkah – langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut :
- Merumuskan tujuan observasi
- Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
- Menyusun pedoman observasi
- Menyusun aspek-aspek yang akan di observasi baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
- Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
- Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
- Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
- Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu
bentuk instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan
tanya jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak
langsung. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untuk menjelaskan
suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi
situasi atau orang tertentu.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan
wawancara:
a. Merumuskan tujuan wawancara
b. Membuat pedoman wawancara
c. Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data
yang diperlukan.
d. Melakukan uji coba
e. Melaksanakan wawancara
Sedangkan kelemahan dan kelebihan
jenis instrument wawancara adalah sebagai berikut:
v Kelemahan:
1. Jika subjek
yang ingin diteliti banyak, maka akan memakan waktu yang banyak pula.
2. Terkadang
wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
3. Adanya sikap
yang kurang baik dari responden maupun penanya.
v Kelebihan:
1. Dapat berkomunikasi
secara langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat
diketahui objektivitasnya
2. Dapat
memperbaiki proses dan hasil belajar
3. Pelaksanaannya
lebih fleksibel, dinamis dan personal.
Dalam melaksanakan wawancara,ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :
- Hubungan baik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai perlu dipupuk dan dibina sehingga akan tampak hubungan yang akrab dan harmonis
- Dalam wawancara jangan terlalu kaku,tunjukkan sikap yang bersahabat,bebas,ramah,terbuka dan adptasikan diri dengannya
- Perlakukan responden itu sebagai sesama manusia secara jujur
- Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat netral
- Pertanyaan hendaknya jelas,tepat,dengan bahasa yang sederhana .
3) Skala Sikap ( Attitude Scale )
Untuk menilai sikap seseorang terhadap
objek tertentu dapat dapat dilakukan dengan melihat respons yang teramati dalam
menghadapi objek yang bersangkutan. Menurut Eagly dan Chaiken (1993: 10) dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu respons kognitif, respons afektif, respons tingkah
laku. Respons kognitif merupakan representasi apa yang diketahui, dipahami, dan
dipercayai oleh individu pemilik sikap. Respons afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional. Respons tingkah laku merupakan kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.
Dalam
mengukur sikap,guru hendaknya memperhatikan komponen sikap :
- Kognisi,yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek
- Afeksi,yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek
- Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap objek
Adapun
model-model skala sikap yang bisa digunakan untuk menilai sikap peserta didik
terhadap suatu objek, antara lain:
a)
Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap
yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
b)
Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti: selalu,
sering kali, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.
c)
Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali,
baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain seperti: sangat setuju,
setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak
setuju.
d)
Menggunakan istlah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti
sangat rendah, di bawa rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
e)
Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi kode 5),
kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
4). Daftar Cek ( Check List )
Daftar cek
adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar
cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang
betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan
yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda
centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya. Daftar
cek banyak manfaatnya, anatara lain membantu guru untuk mengingat-ingat apa
yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder. Namun,
penilaian harus tetap waspada kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup
di dalam daftar cek, karena itu penilaian jangan terlalu laku dengan apa yang
sudah tertulis pada daftar cek tersebut.
Contoh:
Daftar
cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
NO.
|
Nama Siswa
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
01.
|
Yudistira
|
|||||
02.
|
Bima
|
|||||
03.
|
Arjuna
|
ü
|
||||
04.
|
Nakula
|
|||||
05.
|
Sadewa
|
Keterangan :
SB = sangat baik
B
= baik
C
= cukup
K
= kurang
SK = sangat kurang
5) Skala Penilaian ( Rating Scale )
Dalam daftar
cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku
tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai
itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak hanya
mengukur secara mutlak ada atau tidak adanya variabel tertentu, tetapi lebih
jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur. Pencatatan melalui
daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya dicatat ada
tau tidak ada. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik yang
berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam dalam
tingkatan-tingkatan tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-hal tersebut
ada baiknya digunakan penilaian. Namun demkian, skala penilaian juga mempunyai
kelemahan, antara lain:
1.
Ada kemungkinan terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul
jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada
peserta didik sementara ia tidak menyeldiki kesan-kesan umum itu. Misalnya,
seorang guru terkesan oleh sopan santun dari peserta didik sehingga memberikan
nilai yang tinggi pada segi-segi yang lain, padahal mungkin peserta didik
tersebut tidak demikian adanya. Bisa juga guru terkesan dengan model berpakaian
atau penampilan umum peserta didik. Begitu juga sebaliknya, seorang guru
mungkin memberikan nilai yang rendah, karena peserta didik kurang span dan
tidak berpakaian rapi.
2.
Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan
untuk berbuat bak. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu, maka ia
cenderung akan memberikan nilai yang tinggi.
3.
Carry-over effects, yaitu kelemahan akan muncul jika guru tidak dapat
memisahkan satu fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinilai baik,
maka fenomen yang lain akan dinilai baik pula.
6) Angket ( Quetioner )
Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi , pendapat
dan paham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara,
kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan
wawancara dilaksanakan secara lisan.
v Kelebihan
1. Responden dapat menjawab dengan bebas
tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai dan waktu relatif
lama,sehingga objektivitas dapat terjamin
2. Informasi atau data terkumpul lebih
mudah karna itemnya homogeny
3. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data
dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel
v Kelemahan
1. Ada kemungkinan angket diisi oleh orang
lain
2. Hanya diperuntukkan bagi yang dapat
melihat saja
3. Responden hanya menjawab berdasarkan
jawaban yang ada
Angket
terdiri atas beberapa bentuk,yaitu :
- Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban. Bentuk angket berstruktur terdiri dari tiga,yaitu : bentuk jawaban tertutup,bentuk jawab tertutup,bentuk jawaban bergambar.
- Bentuk angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka.
Pada umumnya tujuan penggunaan
angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu, juga
dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan
program pembelajaran.
7) Studi Kasus (Case Study)
Studi
kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik,kelas
atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Untuk itu, guru harus menjawab tiga
pertanyaan inti dalam studi kasus,yaitu :
- Mengapa kasus tersebut bisa terjadi ?
- Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut ?
- Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan ?
Studi
kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta
didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah
laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus,guru harus terlebih
dahulu mengumpulkan data dari sebagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik
dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah depth-interview, yaitu melakukan
wawancara secara mendalam. Jenis data yang diperlukan :
- Latar belakang kehidupan
- Latar belakang keluarga
- Kesanggupan & kebutuhan
- Perkembangan kesehatan
v Kelebihan
1. Dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif
2. Karakter dapat diketahui
selengkap-lengkapnya
v Kelemahan
1. Hasil studi kasus tidak dapat
digeneralisasikan
2. Hanya berlaku untuk peserta didik
8) Catatan Insidental ( Anecdotal Reords )
Catatan
Insidental adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas
yang dialami peserta didik secara perserorangan. Catatan ini merupakan
pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya,terutama yang
berkenan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi
:
a) Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis
sendiri di belakang sekolah tanpa sebab.
b) Tanggal 5 Maret 2008, Gita mengambil
mistar teman sebangkunya dan tidak mengembalikannya
c) Tanggal 21 April 2008, Gita berkelahi
dengan Galih, karena Gita berkata, “Galih anak pungut”
d) Tanggal 14 Mei 2008, Gita berkelahi
dengan Gina, karena menuduh Gina mencuri uang Gita.
9)
Sosiometri
Sosiometri
adalah suatu prosedur untuk merangkum,menyusun dan sampai batas tertentu dapat
mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman
sebayanya serta hubungan antara mereka. Seperti diketahui, di sekolah banyak
peserta didik kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Hal ini dapat
dilihat ketika mereka dapat istirahat,bermain atau mengerjakan tugas kelompok.
Fenoma tersebut menunjukan adanya kekurangan peserta didik dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Kondisi seperti ini perlu diketahui dan dipelajari
oleh guru dan dicarikan upaya untuk memperbaikinya,karena dapat mengganggu
proses belajarnya.
Salah satu cara untuk mengetahui
kemampuan social peserta didik adalah sosiometri. Terdapat beberapa langkah
dalam menggunakan sosiometri,yaitu :
1. Memberikan “petunjuk” atau
pertanyaan-pertanyaan
2. Mengumpulkan jawaban yang sejujurnya
dari semua peserta didik
3. Jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke
dalam tabel
4. Pilihan-pilihan yang tertera dalam table
digambarkan pada sebuah sosiogram.
10)
Investori
Kepribadian
Investori
kepribadian hamper serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori
jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.
Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi
jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek kepribadian
yang biasanya dapat diketahui melalui inventori ini, seperti sikap,minat,sifa
kepemimoinan dan dominasi.
Dalam
pedoman Penilaian Depdiknas ( 2006 ) dikemukakan bahwa keterkaitan antara ranah
kognitif, afektif dan psikomotor dalam penilaian dapat divisualkan.
C. Teknik
pemberian penghargaan evaluasi non-tes
Dalam melakukan penilaian,
kebanyakan guru-guru di sekolah hanya memberikan nilai pada akhir pembelajaran,
guru masih belum terbiasa memberikan penghargan terhadap tingkah laku peserta didik yang baik. Sebaliknya, guru
sering memberikan komentar negatif atau perlakuan yang kasar terhadap tingkah
laku peserta didik yang salah. Hal ini akan berdampak negatif bagi perkembangan
kepribadian peserta didik itu sendiri. Ibnu kaldun pernah berkata “barang siapa
yang mendidik dengan kekerasan dan paksan, maka peserta didik akan melakukan
suatu perbuatan dengan paksaan pula, menimbulkan ketidak gairahan jiwa,
lenyapnya aktifitas akibat peserta didik malas, suka berdusta dan berkata
buruk”. Peserta didik akan menampilkan perbuatan yang berlainan dengan kata
hatinya, karena takut akan kekerasan (hukuman).
Depdiknas (2003) mengemukakan “
penghargaan, ganjaran, hadiah, imbalan, merupakan rangsangan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka memperkuat suatu respon tertentu yang
dipandang baik, tepat atau sesuai dengan norma yang diharapkan”. Menurut teori
behavioristik, pemberian penghargaan dapat memberikan dampak yang positif bagi
peserta didik dalam belajarnya, yaitu:
1. Menimbulakn
respon yang positif
2. Menciptakan
kebiasaan yang relatif kokoh didalam dirinya
3. Menimbulkan
perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan
4. Menimbulkan
antusiasme, semangat untuk terus melakukan belajar
5. Semakain
percaya diri
Pemberian penghargaan terhadap
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan
perhatian, motivasi, semangat, dan kemudahan belajar, serta memodifikasi
tingkahlaku peserta didik yang kurang positif menjadi tingkah laku yang
produktif. Agar pemberian penghargaan tersebut efektif, maka guru hendaknya
menunjukan sikap yang ramah, suara yang lembut, bahasa yang santun, kegembiraan
atau kepuasan terhadap prestasi peserta didik.
Dalam pemberian penghargaan, ada dau
teknik yang dapat digunakan guru, yaitu:
Verbal dan non verbal (Depdiknas, 2003: 29).
1. Teknik
verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian, dukungan, dorongan,
atau pengakuan, seperti: kata bagus, benar, betul, tepat, baik dan lain
sebagainya.
2. Teknik non
verbal, yaitu pemberian penghargaan melalui:
a.
Gestur tubuh, yaitu mimik dengan gerakan tubuh (senyuman, anggukan, acungan
ibu jari, dan tepukan tangan.
b. Cara
mendekati, yaitu guru mendekati peserta didik untuk menunjukan perhatian atau
kesenangnaya terhadap pekerjaan atau penampilan peserta didik.
c.
Sentuhan, seperti : menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus
kepala, dengan memperhatikan: usia anak, budaya dan norma agama.
d. Kegiatan
yang menyenangkan, yaiu memberi kesempatan kepada perta didik untuk melakukan
kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi belajar yang baik.
e.
Simbol atau benda, seperti komentar tertulis secara positif pada buku
peserta didik, piagam penghargaan, dan hadiah.
Komentar
Posting Komentar