TEKNIK PENGOLAHAN HASIL TEST
MAKALAH
TEKNIK PENGOLAHAN HASIL TEST
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pembina:
Hesty Puspitasari.,M.Pd
Oleh :
Christian Adiatma
Venustika F.J
Rezky Angesti
UNIVERSITAS ISLAM
BALITAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penyusun ucapkan kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Teknik Pengolahan Hasil Evaluasi. Makalah ini di ajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pembelajaran.
BLITAR, NOVEMBER 2017
Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mendidik adalah
tugas utama seorang Guru, di dalam mendidik terdapat kriteria-kriteria tertentu
dalam menentukan apakah siswa atau siswi yang didik tersebut berhasil dalam
mencapai kompetensi mata pelajaran yang di pelajari. Dalam menentukan
keberhasilan tersebut guru harus bisa memberi penskoran dan penilaian yang adil
dan obyektif kepada siswa dan siswinya .
Setelah kita
melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah memberikan
skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan
cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi
nilai prestasi. Setelah data dan informasi peseta
didik terkumpul, baik secara langsung mapun tidak langsung maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengolahan data (hasil penilaian). Mengolah data
berarti memberikan nilai dan makna terhadap data yang sudah dikumpulkan
sebagaimana dikatakan oleh Carl H. Witherington (1952) “an evaluation is a declaration that samething has or does not have
value”. Jika datanya tentang prestasi belajar, berarti pengolahan data
tersebut memberi nilai kepada peserta didik berdasarkan kualitas hasil
pekerjaannya.
Agar
data yang terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus benar-benar
menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar-benar dilakukan
secara adil sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Mengingat begitu
pentingnya pengolahan data dan informasi yang kemudian akan memberikan makna
terhadap peserta didik maka dalam makalah ini akan mencoba memberikan pemaparan
tentang “Bagaimana Pengolahan Hasil Penilaian” yang harus dilakukan oleh
seorang evaluator, agar dalam pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan
benar sehingga tidak membawa kerugian kepada semua pihak.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana teknik pengolahan hasil tes?
- Bagaimana pengambilan skor total?
- Bagaimana pengolahan konversi skor?
- Bagaimana memberi skor untuk domain psikomotor?
- Bagaimana pengolahan hasil tes PAP dan PAN?
1.3 Tujuan
Makalah ini
disusun dengan tujuan:
- Memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
- Mengetahui bagaimana dan apa teknik pengolahan hasil evaluasi itu
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Teknik Pengolahan Hasil Tes
Menurut
Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat) langkah pokok
yang harus ditempuh, yaitu:
a. Menskor, yaitu
memberi skor terhadap hasil tes yang dapat diperoleh oleh peserta didik. Untuk
memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu yaitu kunci jawaban,
kunci skoring dan pedoman konversi.
b. Mengubah skor
mentah menjadi skor standard sesuai dengan norma tertentu.
c. Mengkonversikan
skor standar ke dalam nilai baik berupa huruf maupun angka.
d. Melakukan analisis
soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas
soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.
Setelah
melaksanakan kegiatan tes dan lembar pekerjaan peserta didik telah diperiksa
kebenaran, kesalahan dan kelengkapannya langkah selanjutnya adalah menghitung
skor mentah untuk setiap peserta didik berdasarkan ruus-rumus tertentu dan
bobot setiap soal.Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena
menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai
prestasi.Sebelum melakukan tes, guru harus sudah menyusun pedoman pemberian
skor.Pedoman penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal esai
(Zainal Arifin, 2009: 223).Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir
subyektivitas penilai.
Begitu
juga ketika melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik , karena
harus ditentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik
dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Rumus penskoran yang
digunakan bergantung pada bentuk soalnya, sedangkan bobot (weight) bergantung
pada tingkat kesulitan (difficulty indek), sebagai misal sukar, sedang dan
mudah. Untuk lebih jelasnya kami paparkan cara-cara pengolahan hasil evaluasi
sebagai berikut:
a. Cara Memberi
Skor Mentah untuk Tes Uraian
Dalam bentuk uraian skor mentah dicari
dengan menggunakan system bobot, system bobot itu sendiri dibagi dua cara,
yaitu:
1) Bobot dinyatakan
dalam system skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. Sebagai missal
untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk skor yang sedang skor
maksimumnya 7 dan untuk skor yang tergolong sulit diberi skor maksimum 10.
Dengan demikian ketika menggunakan cara ini peserta didik tidak mungkin
mendapatkan skor 10.
Contoh 1.
Seorang peserta didik diberi tiga soal
dalam bentuk uraian.Setiap soal diberi skor (x) maksimum dalam rentang 1-10
sesuai dengan kualitas peserta didik.
Tabel 1
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot
Pertama
No. Soal
|
Tingkat Kesukaran
|
Jawaban
|
Skor (x)
|
1
|
Mudah
|
Betul
|
6
|
2
|
Sedang
|
Betul
|
7
|
3
|
Sukar
|
Betul
|
10
|
Jumlah
|
23
|
Rumus Skor:
Keterangan: ∑x = jumlah
skor ∑s = jumlah soal
Jadi Skor peserta didik A = 23/3 = 7,67
2) Bobot dinyatakan
dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebagai
contoh; soal mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi bobot 4 dan soal yang
sulit diberi bobot 5. Dengan menggunakan cara ini memungkinkan peserta didik
mendapatkan skor 10.
Contoh 2.
Seorang peserta didik dites dengan tiga
soal dalam bentuk uraian. Asing-masing soal diberi bobot sesuai dengan tingkat
kesulitannya, yaitu bobot 5 untuk soal yang sukar;4 untuk soal sedang, dan 3
untuk soal yang mudah. Tiap-tiap soal diberikan skor (X) dengan rentang 1-10
sesuai dengan kualitas jawaban yang betul.Kemudian skor (X) yang dicapai oleh
setiap peserta didik dikallikan dengan bobot setiap soal.
Tabel 2
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot
Kedua
No. Soal
|
Tingkat Kesukaran
|
Jawaban
|
Skor (x)
|
Bobot (B)
|
XB
|
1
|
Mudah
|
Betul
|
10
|
3
|
30
|
2
|
Sedang
|
Betul
|
10
|
4
|
40
|
3
|
Sukar
|
Betul
|
10
|
5
|
50
|
Jumlah
|
23
|
12
|
120
|
Rumus Skor:
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
X = kor
tiap soal
B = bobot
sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑XB= jumlah hasil perkalian X
dengan B
Dengan demikian skor peserta didik
adalah; 120/12 = 10
b. Cara
Memberikan Skor Mentah untuk Tes Objektif
Ada dua cara untuk memberikan skor pada
soal tes bentuk objektif, yaitu:
1) Tanpa menggunakan
rumus tebakan (Non Guessing Formula)
Cara ini digunakan apabila soal belum
diketahui tingkat kebaikannya.Caranya adalah dengan menghitung jumlah jawaban
yang betul saja, setiap jawaban betul diberi skor 1 dan jawaban salah diberi
skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.
2) Menggunakan Rumus
Tebakan (Guessing Formula)
Rumus ini digunakan apabila soal-soal
tes itu sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui
tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah;
a) Untuk
item bentuk benar-salah (true-false)
Rumus: S = ∑B - ∑S
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B =
jumlah jawaban yang benar
∑S =
jumlah jawaban yang salah
b) Untuk
item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)
Rumus: S = ∑B - ∑S
n
– 1
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang
benar
∑S =
jumlah jawaban yang salah
n =
jumlah alternative jawaban yang disediakan
1 =
bilangan tetap
c) Untuk
soal bentuk menjodohkan (matching)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S =
skor yang dicari
∑B =
jumlah jawaban yang benar
d) Untuk
soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S =
skor yang dicari
∑B =
jumlah jawaban yang benar
2.2
Skor Total (Total Score)
Skor
total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah
dengan rumus tebakan (guessing formula) (Zainal Arifin, 2009: 231).
2.3 Konversi
Skor
Konversi
skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam
skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang telah
diperoleh. Yang secara tradisional seringkali guru menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai = ∑X/∑S x 10 (skala 0 – 10)
Keterangan : ∑X = jumlah skor mentah
∑S = jumlah soal
2.4
Cara Memberi Skor Untuk Domain Psikomotor
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan dengan hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan dan dimulai
dari pengukuran ranah kognitif sekaligus.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
|
Mengerjakan Tugas (On-Task)
|
Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan Guru
|
Damar
|
|||
Ayu
|
|||
Dst…..
|
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja
(unjuk kerja) Berpidato dengannumerical Rating Scale
Nama : …………………………………
Kelas : …………………………………
|
|||||
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek
kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut
dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut
dilakukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan
selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak
selesai
( 0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Menggunakan ucapan selamat (greeting) pada saat bertemu dan
berpisah secara tepat
|
||||
2.
|
Dapat memperkenalkan diri sendiri dan
orang lain dan memperagakan dengan tepat
|
||||
3.
|
Dapat memperagakan berbagai ungkapan
penyesalan dan permintaan maaf dengan tepat
|
||||
4.
|
Mengungkapkan respon penyesalan dan
permintaan maaf secara tepat
|
||||
5.
|
Membuat dialog tentang greeting dan responses
|
2.5 Pengolahan
Hasil Tes PAP dan Hasil Tes PAN
a Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
Penyelenggaraan
tes dalam hal ini lebih mengarah kepada penguasan kompetensi. Maka penilaian
acuan patokan ini berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan oleh para siswa.
Siswa yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan berarti dia gagal,
artinya pengajaran yang diberikan belum berhasil. Sehingga disini terlihat
apakah siswa sudah atau belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan
kata lain, penilaian ini mengutamakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa,
kemampuan-kemampuan apa yang sudah dan belum dicapai setelah mereka
menyelesaikan satu bagian kecil dari keseluruhan program. Penilaian Acuan
Patokan ini tidak membandingkan satu siswa dengan siswa lainnya, tetapi
membandingkan dengan standar tujuan yang harus dicapai/indikator pencapaian.
Melalui
pendekatan ini, maka guru dapat mengambil keputusan tindakan pengajaran. Jika
hasil belajar siswa belum mencapai tujuan dengan kriteria 85% dari target yang
diharapkan, berarti pengajaran itu gagal dan harus diulang kembali. Untuk itu
tes yang disusun hendaknya menggambarkan keseluruhan bahan pengajaran, atau
keseluruhan tujuan pengajaran.
Sebagai
gambaran dalam menetapkan besar kecilnya persentase untuk menetapkan nilai dari
penilaian acuan ini sebagaimana dikatakan oleh Chatib Thoha dalam bukunya
Teknik Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:
Taraf Penguasan
|
Kualifikasi
|
Nilai Huruf
|
Angka Kualitas
|
91-100%
|
Memuaskan
|
A
|
4
|
81-90%
|
Baik
|
B
|
3
|
71-80%
|
Cukup
|
C
|
2
|
61-70%
|
Kurang
|
D
|
1
|
Kurang 60%
|
Gagal
|
E
|
0
|
Tinggi
rendahnya persentase yang dituntut oleh pendidik untuk dikuasai oleh peserta
didik tergantung penting tidaknya bahan tersebut untuk dikuasai oleh peserta
didik. Bila semangkin penting maka persentasenya semakin tinggi, sebaliknya
jika bahannya kurang penting maka persentasenya makin rendah. Penting tidaknya
bahan pengajaran yang dikuasai peserta didik dapat dilihat dari seberaa jauh
kontribusi mata pelajaran itu untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.
Penilaian Acuan Patokan ini didasari
oleh beberapa asumsi sebagaimana yang di ungkap oleh Anas Sudjiono yang
dapat di simpulkan antara lain:
1) Siswa
tidak dapat melanjutkan pokok bahasan sebelum siswa itu mengerti dan memahami
materi yang sebelumnya secara konseptual.
2) Evaluator
dapat mengidentifikasi masing-masing taraf kemampuan yang di kehendaki sampai
tuntas, paling tidak mendekati ketuntasan sehingga dapat disusun alat
pengukur atau penilaiannya.
Menurut
Chatib Thoha, penilaian beracuan kriteria berdasarkan asumsi “paedagogik”
maksudnya pendidikan didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan
peserta didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus
bisa memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi dan membantu
yang lemah. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga
ada perbedaan kemampuan antara sebelum dan sesudah belajar. Pendidik dalam
mengembangkan proses belajar mengajar harus menyajikan materi dan metode
yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Penilaian Acuan Patokan ini cocok
diterapkan untuk melihat kompetensi paedagogik peserta didik, karena pendidik
dan peserta didik memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran,
betapapun hebatnya pendidik dalam mengajar kalau peserta didik mempunyai
motivasi yang rendah dalam belajar tentu hasilnya kurang memuaskan, maka untuk
mencapai hasil yang maksimal kedua komponen tersebut harus bekerja secara
maksimal sesuai dengan perannya masing-masing. Sebaliknya penilain berdasarkan
acuan patokan ini kurang tepat digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai
hasil tes sumatif seperti ulangan umum dalam rangka mengisi rapor.
Adapun diantara kelemahan dari penilaian
acuan patokan ini adalah:
1) Tidak
mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas), jadi besar
kemungkinan ada siswa yang tidak dapat dinyatakan lulus atau naik kelas
2) Apabila
butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu sukar, maka
dalam tes tersebut betapapun pintarnya testee akan memperoleh yang rendah,
sebaliknya apabila butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar
terlalu mudah maka betapapun bodohnya testee akan berhasil memperoleh nilai
yang tinggi, sehingga gambaran yang sebenarnya tentang tingkat kemampuan testee
tidak dapat diketahuai.
b. Penilaian
Acuan Norma (PAN)
Istilah
lain dari penilaian acuan norma dikenal juga dengan penilaian acuan kelompok
(PAK) karena penilaian ini bertujuan untuk menentukan kedudukan peserta didik
dari peserta didik yang di nilai atau penilaian yang mendasarkan diri pada
standar relatif, artinya menentukan hasil tes diperbandingkan dengan skor
peserta didik tes yang lain, sehingga kualitas yang dimiliki oleh peserta didik
tes akan sangat tergantung kepada kualiatas kelompoknya. Penilaian ini
mendasarkan diri pada asumsi, yaitu:
1) Psikologis,
artinya tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama, adanya
perbedaan kemampuan intelegensi question (IQ), latar belajar pendidikan, status
sosial orang tua, lingkungan sosial, jenis kelamin, dan sebagainya. Namun
apabila kergaman itu ditarik dari penelitian atas sejumlah sample akan
memberikan gambaran yang mebentuk normal yaitu sebagian besar akan berada pada
daerah mean, sedangkan sebagian kecil akan berada di daerah ekor kanan dan ekor
kiri dalam posisi yang berimbang.
2) Tujuan
penilaian hasil belajar adalah untuk melihat dan menentukan kedudukan seorang
peserta didik dari teman atau kelompoknya, apakah ia berada pada posisi atas,
tengah atau di bawah.
3) Penilaian
ini digunakan apabila pendidik menghadapi kurikulum yang bersifat dinamis,
artinya materi pelajaran yang dikembangkan selalu berobah sesuai dengan
ketentuan zaman, sehingga pendidik agak sulit menetapkan kriteria benar atau
salah.
4) Penggunaan
acuan ini sangat dependen dengan jenis kelompok, tempat dan waktu. Kelompok
yang homogen akan berbeda dengan kelompok yang heterogen, kelompok belajar di
kota akan berbeda dengan kelompok belajar di daerah terpencil. oleh karena itu
penilaian acuan norma ini adalah penilaian kemampuan rata-rata kelompok,
kemudian individu diukur seberapa jauh penyimpangan terhadap rata-rata
tersebut, hal ini berarti tes tersebut dapat memberikan gambaran diskriminatif
antara jemampuan peserta didik yang pandai dengan yang bodoh.
Dari kedua acuan tersebut diatas dapat
dibedakan penilaian beracuan patokan dan penilaian beracuan norma sebagai
berikut:
1) Penilaian
acuan norma
a) Berfungsi
untuk menetapkan kedudukan relatif seorang siswa di dalam kelas
b) Tujuan
pemebelajaran dinyatakan secara umum atau secara khusus
c) Belajar
tuntas tidak begitu diutamakan
d) Tes
(pertanyaan) harus mencangkup tingkat kesukaran yang berpariasi dari yang
mudah, sedang dan sulit.
e) Hasil
penilaian dapat ditransformasi dalam skala huruf A, B, C, D dan E
f) Tepat
dipakai untuk tes penempatan dan tes sumatif
2) Penilaian
acuan patokan
a) Berfungsi
dalan menetapkan apakah murid telah mencapai atau telah menguasai tujuan atau
kemampuan yang diharapkan
b) Tujuan
pembelajaran harus dinyatakan secara kusus
c) Sangat
diutamakan adanya belajar tuntas sehingga perlu dinyatakan standar tingkat
keberasilan tujuan pembelajaran
d) Penyusunan
soal lebih mengutamakan pada feformance dan kemampuan yang harus di kuasai
e) Tepat
dipakai untuk tes formatif
f) Hasil
penilaian tepat dinyatakan dalam bentuk pernyataan sangat memuaskan, memuaskan,
cukup, kurang dan gagal.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa pengolahan penilaian
merupakan sesuatu yang urgen untuk diaplikasikan di institusi pendidikan karena
menyangkut nasib terutama peserta didik dan tidak menimbulkan kerugian berbagai
pihak. Dala pengolahan hasil penilaian harus diperhatikan beberapa hal yaitu;
teknik pengolahan hasil tes, skor total (total score), konversi skor, cara
memberi skor untuk skala sikap, cara memberi skor untuk domain psikomotorik,
dan pengolahan data hasil tes yang terdiri dua cara penggunaan yaitu dengan
menggunakan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, (2009) Ealuasi Pembelajaran, Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Komentar
Posting Komentar